MAHMUDI FUKUMOTO: Ingin Mencetak Kenshusei Jadi Pengusaha Muda

Mahmudi Fukumoto
Mahmudi Fukumoto

Kesuksesan Mahmudi Fukumoto mengelola bisnis di Jepang justru mempertebal rasa nasionalismenya. Dia pun menginginkan para kenshusei (pemagang) pulang ke tanah air dengan status pengusaha muda, bukan pengangguran kaya. Untuk itu, dia mendirikan Keihin Network Solution (KNS) sebagai jembatan mempertemukan para kenshusei dengan pengusaha UKM (Usaha Kecil dan Menengah).

CEO Keihin Group ini merintis bisnis dari nol setelah sempat menjadi cleaning service dan pekerja kasar di stasiun. Kini usaha pria asal Tulung Agung, Jawa Timur itu untuk sudah merambah ke bisnis konstruksi, agen perjalanan wisata (Keihin Tour), dan Keihin Network Solution (KNS). “Kita juga ingin membuka Keihin Radio,” ujar ayah dari Fukumoto M. Cinta dan Fukumoto M. Ratu itu.

Pengusaha asal Kawasaki, Jepang ini sering melakukan perjalanan bisnis ke berbagai negara. Di sela-sela perjalanan ke Jakarta baru-baru ini lulusan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 3 Tanen, Tulung Agung menyempatkan diri berbicang-bincang dengan saya di Margo City, Depok. Berikut petikan wawancaranya.

Saya (S): Sukses bisnis konstruksi, mengapa Anda mendirikan Keihin Network Solution (KNS) untuk menyelenggarakan business matching?

Mahmudi Fukumoto (MF): Nasionalisme saya tambah kuat setelah saya tinggal di Jepang. Saya prihatin melihat beberapa kenshusei yang  masa kontraknya habis pulang ke tanah air dan kembali menjadi penganggur. Uangnya habis untuk konsumtif. Makanya saya mengadakan business matching yang mempertemukan antara kenshusei dengan pengusaha UKM.  KNS berkoordinasi dengan Kedutaan Besar RI di Jepang, Bank Indonesia dan beberapa perusahaan. Kita undang UKM itu ke Jepang.

S : Apa yang dibahas dalam pertemuan itu?

MF: Saya mendorong kenshusei untuk menjadi pengusaha muda. Mereka ini adalah mutiara karena sudah  dididik ala Jepang dengan disiplin, kerja keras dan profesional. Mereka juga punya uang. Daripada uangnya habis untuk konsumtif, saya memotivasi mereka agar membuka usaha di tanah air. Cuma, untuk bisnis kan butuh pengalaman dan ilmu. Karena itu saya datangkan pemilik waralaba. Mereka ini memiliki jaringan luas dan pengalaman. Jadi klop, satunya punya modal, satunya punya ilmu dan pengalaman.

S: Pertemuan tersebut hanya untuk penjajakan?

MF: Tidak. Mereka bukan hanya penjajakan. Terjadi deal yang ditandai dengan teken kontrak kerja sama.  Kenshusei membayar uang muka dan kekurangannya dicicil setiap bulan. Dengan demikian, saat pulang ke Indonesia mereka sudah memiliki status baru: pengusaha muda. Dalam pertemuan ini bisa terjadi deal karena sebelum acara, kami sudah mengumpulkan kenshusei dan memberi pengarahan. UKM yang diundang juga yang berpengalaman.

S: Selain di Jepang, apakah Anda juga menggelar business matching  di negara lain?

MF: Ya. Di Korea Selatan. Pekerja Indonesia di sana cukup banyak. Pertemuan semacam ini perlu dikembangkan untuk membuka cakrawala pekerja agar mereka berani menjadi pengusaha. Di Indonesia saya mendirikan Karya Nusa Solusi (KNS) untuk menyelenggarakan business matching semacam ini.

S: Apakah business matching tahun ini berbeda dari sebelumnya?

MF: Saya sedang merancang kegiatan wisata dan bisnis yang mempertemukan pengusaha UKM Jepang dan Indonesia. Perserta melakukan kunjungan ke pabrik atau pasar kemudian mengadakan business matching. Setelah itu mereka berwisata. Saya sedang menawarkan kegiatan ini ke instansi terkait.

S: Anda rajin sekali mengadakan business matching. Apakah kegiatan ini menguntungkan?

MF: Saya menganggap ini kegiatan CSR Keihan. Tanggung jawab sosial perusahaan. Waktu memulai kegiatan ini, banyak sekali tantangan. Banyak yang meragukan. Tetapi saya tetap jalan. Alhamdulillah berjalan lancar. Sekarang semua mendukung kegiatan ini.

S: Mengapa Anda mendorong orang lain menjadi pengusaha?

MF: Indonesia itu sangat kaya. Pemandangannya indah. Mengapa kita tidak semaju Jepang? Karena jumlah pengusaha Indonesia masih sedikit. Negara akan maju kalau jumlah pengusaha lebih dari 2%  jumlah penduduk.  Kita masih kekurangan pengusaha. Kita harus mengubah pola pikir generasi muda agar mereka bangga sebagai pengusaha.

S: Apa yang harus kita contoh dari pengusaha Jepang?

MF: Modal utama bisnis adalah kepercayaan, profesionalisme, dan kualitas. Hal paling penting yang harus kita contoh adalah pemasaran. Marketing adalah ujung tombak. Sebagus apa pun suatu produk, kalau tidak bisa memasarkan akan percuma. Orang Jepang sangat pandai merancang marketing dari mulai mengemas, menyajikan sampai membuat narasi. Mereka juga cermat dalam menentukan harga. Sebelum menaikkan harga, mereka akan mempelajari segala hal yang berkaitan dengan itu.

PROFIL:

1991 – 1994                         : Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Tanen, Tulung Agung

KARIR:

1998 – 2001                         : Kerja serabutan, Bali

2001 – 2007                         : Cleaning Service, Pekerja Kasar, Kawasaki, Jepang

2007                                       : Mendirikan PT. Keihin, Jepang

2009 – Sekarang               : CEO Keihin Group