PIONER RUGBY DI JAKARTA

Pelopor rugby di Jakarta
Pelopor rugby di Jakarta

Semula Jakarta Banteng Rugby Club (JBRC) didirkan hanya untuk mengobati kerinduan para mantan mahasiswa yang pernah kuliah di luar negeri terhadap olahraga rugby. Namun dalam perkembangannyam klub ini justru menjadi pioner dalam mengembangkan rugby, khususnya di Jakarta.

Bukan hanya mahasiswa yang kangen dengan olahraga rebut bola ini. Expatriat, termasuk warga Malaysia dan Singapura, yang tinggal di Jakarta juga rindu rugby. Wajar jika mereka menyambut hangat berdirinya JBRC pada tahun 2004 lalu. Tiap Rabu sore, dari pukul 18.30 hingga 20.30, mereka menggelar latihan rutin di lapangan ABC Senayan. Dari hari ke hari, mereka yang berlatih terus bertambah.

”Rugby adalah olahraga ksatria yang mengombonasikan kecepatan, visi, skill individu dengan power, kekuatan dan team work,” kata Tito Fau, Sekretaris JBRC . Walau terkesan olahraga keras, tetapi usai pertandingan mereka turun ke lapangan sebagai brotherhood. ”Saling bersalaman dan memberi pujian dalam bentuk tepuk tangan. Sungguh-sungguh ujian fisik, mental dan karakter seseorang,” lanjut Tito.

Dia tak menampik, peminat rugby pada mulanya adalah expatriat. Sehingga pada awal latihan mayoritas pemain adalah orang asing. Kini, keadaan berbalik. Rugby tak lagi didominasi bule. Sebagian besar malah orang Indonesia. “Kami 95% Indonesia dengan anggota lain dari Malaysia, Zimbabwe, Australia, Eropa dan New Zealand,” kata pria kelahiran 24 November itu. Dan hebatnya, 70% anggota JBRC adalah anak-anak muda, baik pelajar maupun mahasiswa.

JBRC berhasil menggaet kawula muda karena mereka rajin mengenalkan rugby ke sekolah dan kampus. Mereka bekerja sama dengan SMU Notre Dame, SMU Negeri 3 Jakarta, Pondok Pesantren Darunnajah, Pondok Pesantren Assidiqiyah, Universitas Al Azhar, Universitas Budi Luhur, Universitas Negeri Jakarta, Universitas Pelita Harapan, Universitas Tarumanegara dan Universitas Trisakti.

Bukan hanya kuantitas yang bertambah, kualitas permainan anggota JBRC juga meningkat. Mereka berhasil merebut peringkat 2, Sengatta 10’s (2008), Jakarta 10’s Bowl Winners (2008), dan Bali 10’s Indonesian Cup Winners (2008). “Lima anggota kami masuk timnas Indonesian Rhinos yang berpartisipasi di Asian 5 Nations Tournament 2008. Ini proporsi pemain terbanyak dari tim-tim yang ada di seluruh Indonesia,” ujar Tito bangga. Prestasi yang diraih JBRC memang melampaui tujuan awal pendirian klub tersebut. Namun, Tito tak akan menghentikan langkah. Dia mengharapkan JBRC bisa menjadi klub rugby yang disegani di Indonesia dan Asia Tenggara.

Jika Anda gemar atau penasaran dengan rugby, datang saja saat mereka berlatih. Semua orang boleh menjajal olahraga ini dengan bimbingan pelatih dari Indonesian Rugby Football Union (IRFU). “Kita bermain keras, tapi safety nomor satu,” tegas Tito. Walau demikian resiko cedera tetap ada. “Kalau mau aman, main karambol aja kali,” ujar Tito sambil tertawa. (freekick edisi 36, Desember 2008)